Aku kira hidup setelah menikah itu bakalan lebih mudah.. ada yang urusin. Ternyata...

Suamiku ini seorang pebisnis. Tapi ga pebisnis2 banget sih soalnya bisnisnya ini milik orang tua dia.

Jadi kalo diliat-liat sih dia lebih kaya kerja bantuin orang tuanya.

Sayangnya aku baru tau ini setelah menikah.

Bukan yaa.. bukan karena aku cuman mandang dia dari uangnya aja atau dari profesinya.

Aku ga masalah kok kalo dia bukan pebisnis.
Tapi punya keluarga besar yang super ribet dan banyak masalah sana-sini. Itu yang bikin aku lumayan menyesal udah nikah sama dia. apalagi memang dari awalnya kita ga pernah jujur satu sama lain. ya hanya melihat apa yang ada di hadapan aku aja

Di tahun pertama menikah, aku bener-bener ga tahan banget, banyak hal yang buat aku selalu mengucapkan kata2 penyesalan, karena ternyata suamiku ini cuma kaya suruhan orang tuanya aja.
Ceritanya bermula ketika kita menikah tanpa persiapan nanti tinggal dimana, akhirnya setelah menikah Kita tinggal di rumah orang tuanya. Suamiku anak tunggal.

Gajinya dengan kerja sama orang tuanya juga tidak terlalu besar dan ternyata lebih besar gajiku. Akhirnya jadi aku yang lebih banyak membiayai hidup keluarga.

Kita ga pernah bicara tentang uang sama sekali. Aku mau belanja, ya pake uang aku. Dia belanja, pake uang dia.

Kebutuhan rumah? Akhirnya jadi aku yang rutin beli pakai uangku sendiri. Pernah aku coba stop, tapi ga ada yang inisiatif beli. Jadi yaudah aku aja yang beli.
Bahkan saat kita punya anak pertama, hampir semua biaya kebutuhan lahiran itu pakai uangku.

Aku bener-bener stress dengan kondisi ini. Tapi aku ga pernah bilang ini ke suamiku.

Ga lama setelah itu, suamiku mulai membuka obrolan soal finansial. Kita mulai sharing tabungan masing-masing dan jumlah total income.

Tapi ternyata.. dia bermaksud untuk meminjam tabunganku buat bantu menutup biaya operasional bisnis keluarganya.

Menurut kalian mending aku pinjemin atau ga usah?
Tapi karena hal itu, aku jadi ke trigger soal selama ini biaya hidup aku yang tanggung.

Aku ngungkit masalah ini, dan suamiku juga malah ke trigger dan akhirnya marah besar. Dia bilang aku ini selfish dan perhitungan lah sama suami sendiri. Saat suami sedang down bukannya support lah, dan lain-lain. Pokoknya kita bertengkar hebat.

Aku jujur ga kuat. Langsung besoknya aku bawa anakku kabur ke rumah orang tuaku buat menenangkan diri dulu. Aku bener-bener galau dan sekilas kata cerai terlintas di pikiran.
Apalagi keluarga mulai ikut campur urusan rumah tangga kami. Sampai-sampai aku merasa orang yang paling salah dan jujur ini buat aku stress banget dan sempat terpikir ingin nyerah aja.

Mungkin kalo aku pergi dari hidup ini, aku bisa nunjukin ke mereka kalo aku ini tersiksa selama ini.

Tapi setelah aku pikir lagi, aku memang masih sayang dengan suamiku. Apa bener-bener harus cerai? Apa iya aku ini selfish dan ga bisa pikirin gimana rasanya di posisi suamiku?
Setelah aku lumayan tenang, aku kembali ke rumah dan bicarain baik-baik dengan suamiku.

Akhirnya kita memutuskan buat review dulu keuangan masing-masing sebelum mengambil keputusan apapun. Karena ini menyangkut masa depan keluarga dan bisnis. Ga bisa sembarangan juga.

Aku mengajak suamiku untuk konsultasi keuangan bisnis dan pribadi ke Finansialku.
SHOCKING!!
Ternyata begini hasil review di pertemuan pertama :
1. Keuangan bisnis dan keluarga itu nyampur banget.
2. Banyak cabang bisnis yang ga produktif tapi dibiarkan dan ga dimaksimalin.
3. Ternyata bisnis keluarganya ini udah lama berantakan. Bahkan selama ini bisnisnya bertahan karena gali lobang tutup lobang.
4. Ada beberapa utang bisnis yang ternyata malah dipakai untuk keperluan pribadi, dan salah satunya bekas biaya pernikahanku.

Gimana pendapat kamu soal problem ini? Harus mulai dari mana dulu nih?

Akhirnya oleh financial planner yang handle aku, keuangan keluarga dan bisnis kita mulai di atur perencanaannya.

Suamiku dan keluarga juga di educate tentang cara pengelolaan keuangan bisnis, sistem penggajian, dan lain-lain supaya ga semena-mena dengan uangnya.

Meski ga langsung yaaa.. tapi secara berangsur keuangan keluarga kita membaik.
Beberapa aset bisnis dan aset keluarga kita coba alihkan supaya bisa lebih produktif, dan sebagian lagi dijual untuk mengurangi pokok utang yang berjalan.

Tabunganku gimana? Kalo itu sihh.. Aku lanjut buat diatur portofolio investasinya sesuai tujuan keuangan keluarga supaya ga numpuk di 1 keranjang yang sama.